Buddha, Agama yang sudah terbukti secara alamiah !


Buddha

Agama yang sudah terbukti secara alamiah

Mari kita simak berikut ini !!

Ajaran pokok Buddha Dhamma adalah Hukum Kamma, Tumimbal Lahir, Meditasi . Dalam beberapa hal pokok itu ternyata Sains atau ilmu pengetahuan mendukung Buddha Dhamma. Selain itu prinsip universal (kosmik) dan keterbukaan terhadap pembuktian (ehipassiko) memposisikan Buddha Dhamma (Suatu kesunyataan kosmik) identik dengan Sains atau kebenaran ilmiah.

Maka tidak heran jika ilmuwan yang paling disenangi dan dikenal oleh setiap insan, Albert Einstein sejak lama sudah menyatakan Buddhisme merupakan jawaban bagi religi masa depan, karena agama Buddha merupakan agama kosmik.

Secara lengkap kutipan dari Einstein :

“ The religion of the future will be cosmic religion.

It should transcend a personal god and avoid dogmas and theology.

Covering both natural and the spiritual, it should be based on a religious sense arising from the experience of all things, natural and spiritual, as a meaningful unity

Buddhism answers this description“

( Agama masa depan adalah agama kosmik. Ia harus melampaui Tuhan berpribadi, bebas dari dogma dan teologi. Ia harus mencakup aspek alami dan spiritual, berdasarkan rasa religi yang muncul dari pengalaman semua makhluk, yang alami maupun yang spiritual, sebagai suatu kesatuan utuh yang penuh makna. Buddhisme menjawab uraian di atas.)

(Albert Einstein)

Sekarang kita lihat hukum karma dan tumimbal lahir. Keduanya kini semakin diyakini oleh para ilmuwan, khususnya bagi yang melakukan terapi regresi masa silam (past life regression therapy ) terhadap pasiennya. Teknik terapi ini belakangan ini marak diberitakan karena dapat mengobati gangguan yang sulit diatasi terapi lainnya.

Khususnya tentang Hukum Kamma, prinsipnya identik dengan Hukum III Newton, yaitu tentang hubungan anatra aksi dan reaksi. Juga sesuai dengan prinsip energi. Hubungan sebab akibat memang merupakan salah satu hukum penting dalam ilmu pengetahuan.

Metode Meditasi juga demikian, manfaatnya sudah terbukti secara ilmiah. Untuk mengetahuinya, tinggal klik di internet, ribuan makalah ilmiah tentang manfaat meditasi. Maka tidak heran jika sudah cukup lama hingga kini banyak latihan meditasi diselenggarakan bukan hanya oleh umat Buddha tapi umat agama lain. Itulah ciri universal Buddha Dhamma, siapapun yang mempraktikkannya akan mendapat manfaat, tak perlu harus mengakui Buddha sebagai “ Juru selamatnya”.

Demikianlah beberapa masukan tentang keselarasan Buddha Dhamma dengan Sains. Dengan keselarasan unik itu, patut dipikirkan untuk merumuskan motto Buddha Dhamma sebagai “ agama yang ilmiah, agama yang sudah terbukti, bukan cuma janji atau testimoni, agama yang universal,dan non diskriminatif”

Jika teman-teman ada komentar terhadap artikel Dhamma, silahkan posting komentar anda. Terima kasih

Salam Metta,

Erwin

Biarlah Yang Miskin Berkata, “Aku Kaya!”

Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknnya hidup dari hasil pertanian, dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin. Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian milik keluarga yang terlihat sangat miskin.
Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya,“ Bagaimana perjalanan tadi?“
“Sungguh luar biasa, Pa.“
“Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin??“ tanya sang ayah .“Iya Pa.” jawabnya.
”Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?” Tanya ayahnya lagi.

Si anak menjawab,” Saya melihat kenyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing sedangkan mereka memiliki empat ekor. Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya. Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri dan mereka memilki bintang-bintang di langit untuk menerangi taman mereka. Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan mereka seluas horizon. Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang. Kita memiliki pelayan yang melayani setiap kebutuhan kita tetapi mereka melayani mereka sendiri. Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka menanam sendiri. Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka.”

Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian si anak menambahkan. “ Terima kasih, pa, akhirnya aku tahu betapa miskinnya diri kita.” Terlalu sering kita melupakan apa yang kita miliki dan hanya berkonsentrasi terhadap apa yang tidak dimiliki. Kadang kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugerah bagi orang lain. Semua berdasar pada perspektif setiap pribadi. Pikirkanlah apa yang akan terjadi kita semua bersyukur atas yang telah terjadi bagi kita daripada khawatir untuk meminta lebih lagi.
Sebagai manusia kita semua memiliki potensi untuk menjadi bahagia dan berbelas kasih, dan juga memiliki potensi untuk menjadi menderita dan kejam kepada sesama. Potensi-potensi tersebut ada di dalam kita semua.

Jika kita ingin bahagia, maka hal yang penting untuk dilakukan adalah mencoba untuk mengembangkan aspek-aspek yang positif dan berguna yang ada dalam diri kita masing-masing dan mencoba untuk mereduksi atau mengurangi aspek-aspek negatif.
(YM. Dalai Lama)

Feng shui dan Buddhisme


Feng shui merupakan unsur filsafat China tradisional yang dengan selaras menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Ahli filsafat China membagi potensi kehidupan seseorang dalam lima aspek yang mempengaruhi kemungkinan keberhasilan kehidupan seseorang yaitu : takdir, keberuntungan, feng shui, amal dan upaya. Bagaimana pandangan Buddhisme mengenai feng shui? Dalam pandangan agama Buddha, takdir dan keberuntungan merupakan buah dan akibat karma (perbuatan) seseorang. Karma masa lalu memang telah berlalu dan telah menjadi takdir dalam kehidupan seseorang. Untuk mengatur takdir hidup kita berikutnya, justru harus melalui amal dan upaya. Di sinilah perbedaan pandangan agama Buddha dan ahli feng shui.


Ahli feng shui berpandangan bahwa jalan kehidupan kita dapat diselaraskan dengan feng shui buatan. Tapi dalam pandangan agama Buddha jalan kehidupan seseorang akan berubah secara alami jika buah karmanya telah matang, karena setiap orang akan mewarisi karmanya masing-masing. Seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam Culakammavibhanga Sutta berikut : "...Setiap makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, bersaudara dengan karmanya sendiri dan dilindungi oleh karmanya sendiri. Karma yang menentukan makhluk-makhluk, menjadikan mereka hina dan mulia."

Majjhima Nikaya

Jadi kehidupan seseorang ditentukan oleh perbuatannya, hina atau mulianya tidak bisa ditentukan dengan mengatur feng shui. Seseorang akan menerima akibatnya sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Perbaikan feng shui melalui ahlinya, hasilnya mungkin dapat dinikmati seketika, tapi tetap bersifat sementara dan tak lepas dari efek sampingnya. Perbaikan feng shui secara alami (dengan melakukan karma baik) memang lebih lambat, tapi hasilnya lebih mendasar dan tanpa efek samping.

oleh: Maitreyawira